Perbedaan Cara BelajarÂ
Seperti yang kita ketahui, bahwa setiap manusia memiliki karakter dan pemikiran yang berbeda beda dan ada banyak perbedaan cara belajar pelajar. Contohnya ada pelajar yang bisa belajar sendiri dan ada juga pelajar yang tidak bisa belajar sendiri atau harus dengan berkelompok. Sistem pembelajaran daring ini, menguntungkan bagi siswa yang bisa dan suka belajar sendiri. Namun, hal ini menyulitkan dan membebani bagi siswa yang tidak bisa belajar sendiri dan butuh kerja kelompok.
Banyak guru yang memberikan tugas yang banyak, dengan alasan supaya murid-muridnya tetap berada di rumah. Terlebih lagi, jika guru tidak menjelaskan secara detail atau hanya menjelaskan sedikit mengenai materi yang akan dijadikan tugas untuk pelajar. Hal ini menyebabkan adanya kesalah pahaman antara siswa dan guru. Ini juga menyebabkan kebingungan bagi pelajar untuk memahami materi yang disampaikan dan sulit untuk mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Ini terbukti dalam survey yang diadakan di seluruh Indonesia. Survey ini membuktikan bahwa dari 3.839 tanggapan, sebanyak 38% pelajar merasa kurang mendapat bimbingan dari guru. Tugas yang banyak dan kurangnya penjelasan bukanlah solusi yang tepat untuk memaksakan anak untuk tetap di rumah. Justru semakin banyak tugas yang diberikan, semakin tidak efektifnya pembelajaran E-learning.
Kondisi Tempat Belajar
Keadaan rumah tidak kondusif juga adalah salah satu hambatan yang harus dilewati. Keadaan rumah yang tidak kondusif mengakibatkan gangguan konsentrasi pelajar ketika belajar. Hal ini juga salah satu hambatan sekolah daring. Salah satu jurnal yang di terbitkan oleh pelajar STAIN Salatiga pada tahun 2014, menyebutkan bahwa kekondusifan ruang belajar sangat berpengaruh terhadap konsentrasi siswa. Jika siswa berada di dalam ruangan yang tidak kondusif, konsentrasi siswa lebih buruk dibandingkan siswa yang berada di ruangan yang kondusif. Maka dari itu, ruangan yang tidak kondusif menjadi hambatan dalam belajar online dan menyebabkan pembelajaran daring menjadi tidak efektif.
Dampak Terhadap Pelajar
Belum lama ini, rekan-rekan dari Universitas Telkom mengadakan survey lapangan mengenai kesehatan mental pelajar dikala sekolah daring. Hasilnya sudah tidak mengejutkan. Terdapat 60.5% pelajar siap beradaptasi dengan perubahan pembelajaran menjadi online. Namun, sekitar 59.5% pelajar keberatan atas tugas yang diberikan guru dan mengakibatkan stress. Dan sebanyak 92% pelajar lebih memilih dan lebih suka persekolahan tatap muka di kelas di banding persekolahan online. Melihat dari survey yang ada, bahwa sekolah online seperti ini menjadi tidak efektif karena tidak adanya kemauan dari pelajar. Mereka menjadi terpaksa menjalani sekolah online. Hal ini menyebabkan pelajar menjadi tertekan dan terbebani.
Harapan
 Pembelajaran dengan sistem daring atau online belum siap dihadapi oleh pelajar. Bahkan dengan diterapkannya sistem ini, pelajar merasa terbebani dan tidak enjoy dengan pembelajaran seperti ini.
Lalu, jika terus seperti ini, sistem pendidikan daring menjadi tidak efektif dengan melihat hambatan-hambatan yang ada. Saran saya, penting bagi guru untuk selalu mengecek bahwa siswa mengerti atau tidak dengan materi yang diberikan. Tak hanya itu, mungkin guru-guru bisa memberi tugas yang tidak terlalu membebankan karena seperti yang kita ketahui, pelajar Indonesia masih sangat awam mengenai pembelajaran jarak jauh. Kewajiban negara untuk memenuhi hak para pelajar juga harus main andil dalam sistem pembelajaran seperti ini. Contohnya untuk pemberian paket data kepada siswa yang kurang mampu atau penggratisan internet pada saat jam sekolah. Tak hanya itu, kurikulum juga tampaknya harus diringankan karena siswa merasa keberatan jika kurikulum yang saat ini dipakai untuk pembelajaran daring. (*)