Perspektiflampung.com-Pelaksanaan pembangunan fisik di Kota Metro terkesan tidak melalui perencanaan matang. Salah satunya, proyek penumpulan badan Jalan DR Gele Harun, yang menggusur bangunan tugu yang baru dibangun 3-4 tahun lalu.
Padahal, bangunan tugu yang terletak di sudut Lapangan Samber tersebut, menelan anggaran Rp 100 an juta lebih. Warga pun menyoal penggusuran tugu tersebut, karena kalau kemudian digusur dan dibongkar, kenapa dahulu dianggarkan pembangunannya. “Ini membuktikan, bahwa pembangunan fisik di Kota Metro seperti bongkar pasang,” kata Wiwin, salah seorang warga setempat, Senin (14/10).
Warga pun berharap, ke depan pembangunan fisik di Kota Metro juga harus memperhatikan azas manfaat. Kalau ternyata tugu tidak urgen dan bakal mengganggu dalam proses pembangunan kota ke depan, kenapa dulu dilaksanakan. “Akan lebih baik jika anggaran itu dialokasikan pada kegiatan yang lebih bermanfaat. Daripada dibangun lalu dibongkar,” ucapnya.
Terpisah, Kepala Bappeda Kota Metro, Ir Bangkit Haryo Utomo mengatakan, kegiatan proyek penumpulan badan jalan tersebut, bertujuan untuk keindahan Kota Metro. Beberapa titik perempatan jalan juga dilakukan hal serupa yang diperuntukkan bagi pedestrian (pejalan kaki, red). “Memang, proyek penumpulan badan Jalan Gele Harun menggusur bangunan tugu, tetapi ini untuk program keindahan kota serta mengurai kemacetan lalu lintas,” kata Bangkit Haryo Utomo.
Ia juga menyebutkan, semula penumpulan badan jalan akan dilakukan pada sisi sebelah kiri. Namun, karena itu menggusur tanah milik warga, dan warga menuntut ganti rugi, akhirnya penumpulan dilakukan pada sisi yang terdapat bangunan tugu. “Lagi pula bangunan tugu itu sudah lama, saat itu kegiatan dilakukan oleh Dinas Tata Kota dan Pariwisata,” pungkasnya. (*)
Tigu Lapangan Samber yang dibamngun dengan anggaran ratusan juta rupiah tergusur proyek penumpulan badan jalan. (foto: ist)
