Perspektiflanpung.com (Lampung Timur) – Memperingati HUT ke 81 Desa Girikarto Kecamatan Sekampung Lampung Timur menggelar Upacara dan Tabur Bunga ke Makam para Tokoh dan Pemimpin Desa, Minggu (11/9/2022).
Upacara bendera dilaksanakan di lapangan Desa dengan inspektur upacara Kepala Desa Girikarto, Gunawan, turut hadir Camat Sekampung Suparman serta Forkopincam.
Gunawan dalam amanatnya mengatakan selama 2 tahun tidak mengadakan peringatan HUT akibat dampak bencana non alam Covid-19. “Selama 2 tahun kita masih kuat dalam menghadapi Covid-19,” kata Gunawan.
Ditambahkannya, dalam peringatan HUT ke 81 Desa Girikarto tahun 2022, antusias masyarakat menyambut HUT sangat baik, berbagai elemen dari lembaga pendidikan, warga dari setiap RT, bagian rombongan kesenian turut memeriahkan upacara HUT Desa.
“Tingginya antusias masyarkat turut memeriahkan HUT desa menunjukkan rasa cinta yang besar warga masyarkat terhadap desanya dan menjadi salah satu kebanggaan bersama,” kata Gunawan.
Selain melaksanakan Upacara, juga dilakukan tabur bunga di makam sebagai salah satu bentuk rasa bersyukur atas perjuangan para tokoh dan pendiri desa.
Sebelumnya juga dilakukan berbagai rangkaian kegiatan perlombaan diantaranya Kompetisi sepakbola, tarik tambang, menangkap ayam, karnaval dan hiburan orgen tugal serta kuda lumping serta diakhiri dengan pagelaran wayang kulit.
Sejarah Desa Girikarto.
Pada tahun 1951, Pemerintah Kerajaan Belanda yang melakukan penjajahan di Indonesia mengalami keadaan kritis dalam menghadapi kekalahan perang dunia ke dua.
Melalui program kolonisasi, Pemerintah Belanda melalui program kolonisasi memberangkatkan penduduk dari Pulau Jawa. Sekitar 500 KK diberangkatkan ke Lampung Tengah diwilayah (Onderdistruk) Pekalongan Bedeng 31 dan Bedeng 35 untuk melakukan pembukaan Hutan.
Bertepatan dengan Bulan Maulud tahunb1941, dibukalah hutan dengan diberi urut bedeng 67 yang kemudian di beri nama Girikarto
Para kolonisasi atau pendatang berasal dari Jawa Tengah dan Jawa Timur diantaranya Wonogiri, Ponorogo, Sragen, Banyuwangi. Setiap keluarga mendapatkan jatah pekarangan seluas 30×60 meter.
Setelah pembukaan lahan pekarangan dapat ditempati maka tersusunlah Pamong Desa serta pemberian nama Desa yaitu Desa Girikarto dengan urutan bedeng 67.
Pada tahun 1941 Hinga tahun 1951, Desa Girikarto dipimpin Joyo Wiryo sebagai Kepala Kampung. Pada tahun 1942, Pemerintah Kerajaan Belanda mengalami kekalahannya dalam Perang Dunia Kedua, sehingga menyerahkan Bangsa Indonesia kepada bala tentara DAINIPON (Jepang).
Pada waktu itu bala tentara DAINIPON juga mengadakan pembukaan hutan, banyak orang -orang yang terserang penyakit H.O (busung lapar) dan banyak pula yang diberangkatkan kerja paksa atau Romusa ke lain daerah antara lain ke Palembang, Pancur Tegineneng, Sibalang Kalianda yang pada waktu itu membuat garam.
Umumnya hingga sekarang tidak kembali dan tidak diketahui keadaannya, sehingga Desa atau Kampung yang diharapkan akan terwujud dengan adanya manusia ± 150 keluargahanya tinggal beberapa orang saja.
Selanjutnya, Desa Girikarto menerima kedatangan transmigrasi sebanyak 90 KK dari Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masyarakat mengalami transisi, yaitu suatu kejadian yang tak dapat dipisahkan dengan sejarah bangsa Indonesia ialah pecahnya revolusi dengan terlaksananya Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia tahun 1945.
Karena itu tidak luput pula Desa Girikarto sempat ditempati untuk markas TKR/TNI, dengan dapur umumnya di rumah-rumah penduduk dan pada saat itu rakyat Girikarto terutama pemudanya juga tidak ketinggalan turut mengikuti arus bergejolaknya Perjuangan bangsa Indonesia untuk berperang secara gerilya melawan tentara NICA BELANDA yang akan kembali menjajah di bumi Indonesia, diantaranya ada yang telah gugur sebagai Kusuma Bangsa tertembak mati oleh tentara NICA sebanyak 3 orang pejuang bangsa yaitu GINO, PONIDI dan MUSA
Tahun 1952, Desa Girikarto dipimpin Suro Wiryono sebagai kepala Kampung. Tahun 1968 dipimpin Dalem Supri (Polisi Pamong Praja Sekampung). Setelah dilakukan pemilihan Kepala Kampung, tahun 1968 hingga 1968, Dullah Ahmad dan selanjutnya di pimpin Karsono sebagai Penjabat Sementara selama 3 bulan.
Hasil pemilihan kepala kampung tahun 1970 -1979, Suparno, 1980 hingga 1987, Sarno, Pjs tahun 1988-1989, Sutrisno, 1990 hingga 2000, Sarno, 2000 hingga 2007, Purwanto, 2008 hingga 2013, Sudiyanto, 2014 hingga 2019, Sugiyatmini
Pada tahun 2019 Sugiyatmini kembali terpilih sebagai kepala desa namun belum genap 1 tahun menjabat meninggal dunia pada 30 Oktober 2020. Desa Girikarto kemudian dipimpin Sunaryati sebagai Penjabat Kepala Desa selama 6 bulan hingga terpilihnya Gunawan sebagai kepala desa hasil Pemilihan Pergantian Antara Waktu (PAW) Kepala Desa. (Fri)