PERSPEKTIFLAMPUNG- Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro mendorong terbentuknya Bank Sampah di setiap RT dan RW pada kelurahan yang ada di Kota Metro. Pengelolaan sampah dengan konsep 4 R (reduce, reuse, recycle, dan recovery) tersebut, diharapkan mampu meningkatkan pendapatan warga setempat.
Hal itu, disampaikan oleh Sekretaris Dinas Lingkungan Hidup Kota Metro, Yerri Noer Kartiko, Senin (6/11). Menurut dia, Pemkot Metro melalui Dinas Lingkungan Hidup, tengah gencar mensosialisasikan Program Kampung Iklim, yang tujuannya agar masyarakar mampu beradaptasi dan mitigasi terhadap dampak perubahan yang disebabkan oleh fenomena pemanasan global. “Salah satu upaya yang dilakukan, yakni mewujudkan lingkungan yang bersih dan asri dengan membentuk bank sampah di setiap RT dan RW,” kata Yerri Noer Kartiko.
Dijelaskannya, sejak satu hingga dua tahun terakhir, pihaknya telah melakukan pembinaan terhadap bank sampah, termasuk di lingkungan sekolah. Bank sampah yang dikelola secara berkelompok tersebut, dilakukan dengan cara mengelola sampah. Sampah yang ada dipilah sesuai dengan jenisnya, seperti sampah plastik, kertas, dan jenis sampah lainnya. “Melalui kerjasama dengan pihak perusahaan pengepul, pendapatan per kelompok mencapai Rp 30 juta per bulan. Ini merupakan upaya menambah penghasilan masyarakat,” ujar dia.
Selain upaya pengelolaan sampah, sosialisasi Program Kampung Iklim dengan melibatkan akademisi dari Pusat Studi Lingkungan Hidup IAIN Metro, juga bertujuan mewujudkan daerah atau kawasan yang mampu memiliki ketahanan menghadapi dampak buruk perubahan iklim, di antaranya kawasan yang nyaman, aman, sehat, san sejahtera bagi masyarakat, sehingga menjadi kawasan yang berkualitas.
Tak kalah penting, pengelolaan tanah dan lahan yang ramah lingkungan, pengelolaan air melalui program sumur resapan, biopori, sarana IPAL, SPAL, dan drainase, juga memiliki peranan penting dalam menghadapi dampak buruk perubahan iklim. “Kami juga gencar mensosialisasikan pengelolaan bangunan yang hemat energi, dengan memperbanyak ventilasi, pintu, dan ukuran ketinggian atap, serta pemilihan bahan bangunan yang tidak berbahaya,” pungkasnya. (*)